Sunday, August 9, 2015

Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil ASEAN, Untung Atau Buntung?

Peringatan! 
Arus bebas tenaga kerja terampil ASEAN, untung atau buntung...?

Weleh weleh...
terima kasih mendalam kembali yang amat sangat banyak untuk momod/mimin yang udah mengangkat trit yang sederhana ini menjadi HOT TRIT tanggal 10 Augustus 2015


Ini adalah HT ke-21 ane gan

Spoiler for Hot trit tanggal 10 Agustus 2015:

Terima kasih juga untuk agan2/wati sekalian yang udah menyediakan waktunya untuk mampir ke trit ini, rating dan juga lempar cendolnya ke ane


Quote:Sebelumnya, ane pernah membuat sebuah trit yang membahas mengenai negara yang ter- seASEAN. Dan ane rasa banyak dari agan/sis yang sudah pernah dengar mengenai 'Masyarakat Ekonomi ASEAN' atau yang biasa disingkat dengan 'MEA' yang 'katanya' akan mulai berjalan di lapangan pada akhir tahun 2015 (sebenarnya diundur dari rencana awal yakni awal tahun 2015) atau awal tahun 2016. Sementara ini sudah ada beberapa trit yang membahas mengenai definisi dari apa sebenernya tujuan dan pokok pembentukan MEA itu, jadi ane tidak membahas terlalu banyak mengenai cikal bakal dan sejarah MEA pada khususnya. Ada satu hal yang menurut ane menarik dari poin-poin pembentukan MEA, yaitu : Free flow of skilled labor
Spoiler for Cuplikan dari 'blueprint' MEA::
Quote:Jujur, ane pribadi sempat bingung dengan pengertian arus bebas tenaga kerja terampil versi ASEAN. Akankah ASEAN meniru sistem uni Eropa yang benar-benar menghilangkan tapal batas antar negara anggota sehingga setiap penduduknya benar-benar bebas memilih untuk tinggal dan kerja di setiap negara uni Eropa...???? Akankah ASEAN menerapkan sistem perpindahan penduduk Uni Eropa atau persekutuan Amerika Latin yang sama sekali tidak membutuhkan paspor untuk bepergian ke negara anggota lainnya yang cukup menggunakan KTP atau kartu identitas? Ternyata tidak seperti itu.Quote:Free flow or freer flow? Bebas 100% atau sekedar dipermudah?
Tenaga kerja terampil itu yang seperti apa...?
Pengertian kata 'tenaga kerja terampil', jangankan bisa berbeda antar negara satu dengan yang lainnya, bahkan sesama kaskuser pun bisa timbul perbedaan mengenai definisi dari 'terampil' ini, Mengutip dari sebuah tulisan terbitan migrationpolicy.org:
Spoiler for Lihat di sini gan::

Di situ mungkin bisa dengan jelas terlihat bahwa definisi 'tenaga kerja terampil' hanya terbatas pada: industri arsitektur, industri akuntansi, surveyor, tenaga medis dan tenaga kesehatan gigi. Sampai trit ini dibuat, ane pribadi belum menemukan pekerjaan lainnya yang mungkin bisa masuk dalam daftar ini.

Lalu apakah benar-benar seorang warga ASEAN melanglangbuana dari satu negara ke negara lainnya tanpa tersandung persoalan imigrasi sama sekali...? Ane mau cuplik ini gan (sebuah tulisan dari migrationpolicy.org yang akan ane sisipkan juga linknya di sumber di bagian bawah postingan ini):
Spoiler for Cek di sini gan::

Kalau memang akan ada 'ASEAN employment pass', bakalan penasaran banget bentuknya seperti apa...
Ternyata sistem yang akan diadopsi ASEAN ini berbeda sekali dengan sistem yang dijalankan oleh Uni Eropa yang tidak mengenal lagi apa itu pass-passan.

Ok, kalau definisi sudah bisa disepakati oleh 10 negara anggota ASEAN, lalu bagaimana identifikasi kualifikasi mengingat bahwa setiap negara ASEAN memiliki standar pendidikannya tersendiri, dan sama sekali tidak bisa dipungkiri kalau kualitas pendidikan di panggung Asia Tenggara bisa dibilang ada yang seperti 'bumi dan langit'. Ane pribadi tidak mau membandingkan negara yang satu dengan yang lainnya, karena ane rasa agan sekalian tahu apa yang ane maksud.
Quote:Dari tahun 2005 sampai 2012, negara-negara ASEAN menandatangani MRA (Mutual Recognition Arrangements) untuk 6 bidang pekerjaan: teknik/keinsinyuran, keperawatan, kearsitekturan, tenaga medis, tenaga kesehatan gigi dan kepariwisataan dan juga untuk bidang surveyor dan akuntansi. Adapaun tujuan dari penandatanganan kesepakatan ini adalah agar setiap negara anggota ASEAN memiliki 'standar' yang diakui oleh semua negara anggota.
Quote:Sementara ini, negara mana yang paling banyak menerima pendatang dari sesama negara ASEAN lainnya?
Spoiler for Lihat grafiknya di sini gan::
Dan negara mana yang paling banyak 'menyumbangkan' rakyatnya untuk negara ASEAN lainnya?
Spoiler for Lihat grafiknya di sini gan::

Dari 2 grafik di atas, kita bisa melihat bahwa Indonesia adalah penyumbang migran-inter-ASEAN terbesar kedua setelah Myanmar, negara ASEAN yang konon katanya masih di bawah konflik antara militer dan pihak oposisi. Fakta lain yang tidak bisa dipungkiri adalah 'berjibunnya' TKI/TKW di Malaysia dan Singapura yang jumlah totalnya konon mencapai 7 digit manusia.
Quote:Indonesia untung atau buntung???
Sudah banyak sekali berita-berita di media yang bermunculan selama beberapa tahun belakangan ini yang judulnya kurang lebih 'Indonesia akan diserbu tenaga kerja asing', contohnya:
MEA 2015 Berlaku, Indonesia Bakal Diserbu Tenaga Asing
Industri Konstruksi Indonesia Bakal Diserbu Tenaga Asing
Depok siap-siap diserbu pekerja asing
Siap-siap, periklanan nasional akan diserbu asing.

Tapi coba yuk kita 'mundur ke belakang' sambil melihat lagi 2 grafik yang ane sisipkan di atas, apa betul nih Indonesia akan dibabat habis-habisan oleh tenaga kerja asing...???? Apa betul akan ada eksodus besar-besaran tenaga kerja terampil dari 9 negara ASEAN lainnya ke Indonesia? Bukankah justru Indonesia yang malah 'diuntungkan' oleh kebebasan perpindahan tenaga kerja terampil sesama ASEAN ini yang notabene akan memudahkan WNI untuk berkarya di negara ASEAN lainnya? Ok, ok, ok, ane tau pasti deh bakalan ada yang nyeletuk 'Iya lah gan, wong mayortias WNI yang eksodus ke Malaysia dan Singapur itu kan TKI/TKW yang bisa dibilang tenaga kerja non-terampil', tapi melihat proporsi populasi Indonesia yang di atas kertas terbanyak di ASEAN, bukankah ini kesempatan emas untuk rakyat Indonesia pemegang kualifikasi untuk mengepakkan sayapnya di 9 negara ASEAN lainnya? Ane berharap sekali isu seperti ini tidak disambut dengan rasa pesimisme tapi disambut dengan rasa optimis dan percaya diri kalau Indonesia pasti tidak kalah dengan negara ASEAN lainnya.

Mungkin bisa digarisbawahi, 'ketakutan' diserbu tenaga kerja asing bukanlah mutlak milik bangsa Indonesia. Singapura, Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja, Myanmar, Brunei Darussalam, Filipina dan Vietnam pun juga memiliki ketakutan yang sama gan! Bahkan Singapura yang notabene negara 'anti krisis' dunia sudah lama 'digempur' tenaga kerja asing, tapi tidak kehilangan jati dirinya sebagai sebuah 'bangsa' (mohon jangan SARA yah) dan justru malah tetap bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi dunia (meskipun belakangan sempat naik turun). Kalau manajemen dalam negeri RI berjalan baik, ane optimis arus bebas tenaga terampil bisa menguntungkan RI untuk jangka panjang gan! Bagaimana pendapat agan/sis sekalian? Oh iya, kalau ada informasi yang ane lewatkan monggo gan ditambahkan...
Quote:Sumber-sumber:
1. Sumber grafik dan cuplikan nih gan, file berbentuk PDF yah.
2. Blueprint MEA 2015, file berbentuk PDF yah.
3. Indonesia hadapi MEA.

Quote:MEA, Indonesia Akan Untung Atau Rugi?
Ditulis pada 01/21/2015, 04:19

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), menjadi gerbang utama bagi pembisnis di Indonesia untuk mengenalkan brandnya di pasar Internasional. Program ini sudah dirancang dan akan dijalankan dalam waktu dekat ini. Bukan hanya pembisnis saja, tapi daya saing pekerja juga mengetat. Pasalnya dengan adanyan MEA, tidak hanya membuka arus perdagangan dan jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.

"Sehingga pada intinya, MEA akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya." ujar Dita Indah Sari, Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Apa yang dikawatirkan dari MEA?

Secara pengalaman, tentu akan berimbas baik bagi masyarakat Indonesia. Dimana Indonesia mampu menjajal persaingan internasional dalam hal berjualan maupun pekerjaan. Namun kendala bahasa pun menjadi faktor yang ditakuti oleh beberapa orang. Bahasa yang akan digunakan tentu akan beragam dan bukan hanya menggunakan bahasa Indonesia. Syukur-syukur para calon pesaing dari Indonesia mahir setidaknya bisa berbahasa asing, kalau tidak bagaimana?

Hal tersebut bukanlah satu-satunya kendala yang ditakuti. Soal pola hidup konsumtif masyarakat Indonesia pun menjadi sasaran empuk para pesaing dari luar Negeri. Ditakutkan bukannya menjual, Indonesia hanya akan menjadi target utama penjualan. Bagaimana tidak, menurut Prof. Hikmahanto Juwana, beberapa negara ASEAN akan gencar mengincar pasar Indonesia, dan siapa yang berhasil menguasai pasar Indonesia tentu akan menguasai pasar dagang ASEAN.

"Hal ini mengingat pasar ASEAN bertumpu pada pasar Indonesia karena populasi ASEAN yang berjumlah 550 juta orang hampir setengahnya berada di Indonesia," ucap Beliau.

Saya pun khawatir, apakah Indonesia mampu menyaingi pasar ASEAN? bukannya saya ragu dengan para pembisnis, yang saya ragu adalah pada para konsumennya. Saya pribadi sering mendengar beberapa orang bangga dengan membeli barang-barang dengan brand luar negeri ketimbang dalam negeri. Malah ada yang menilai produk luar negeri jauh lebih bagus daripada produk hasil Indonesia. Bahkan ada beberapa orang yang sudah setia dengan brand tertentu dan bukan dari Indonesia.
Sumber

No comments:

Post a Comment